Senin, 12 Oktober 2020

Pantulan Warna Tantangan 2: Melatih Kemandirian

 Aku memutuskan mencukupkan pelaporan tugas di hari kesepuluh, karena akhir bulan ini cukup disibukkan dengan pikiran untuk boyongan ke Indonesia. Karena itulah aku menulis Pantulan Warna sebelum waktunya, simply agar ‘rasa’-nya masih hangat di pikiran.

Sebenarnya target disini adalah anak kita ya, tapi entah kenapa aku merasa justru yang perlu banyak berlatih yaa orang tuanya. Yang banya belajar dan butuh terus intropeksi yaa orang tuanya. Merasa sadar bahwa selama ini, diri ini terlalu gampang puas, padahal masih jauh dari cukup dan pantas untuk membimbing titipan Allah ini. Masih banyakkk sekali lalainya.

Sejujurnya, rasa yang muncul bukanlah kelegaan. Ada sedikit sesak yang tertahan. Selain karena agak stres dengan urusan pulang kampung yang seabrek ini, tapi juga karena tiba-tiba sadar, bahwa terlalu banyak waktu yang terbuang dalam layar kaca si pipih ponsel. Aku jadi merasa, terlalu banyak mengabaikan Utsman. Terlalu banyak waktu yang kusambi demi menatap ponsel. Kaya apa yaa, aku suka merasa sayang gitu ngelonin dia sambil nganggur. Padahal pas buka hp, juga cuma balas chat grup atau scroll timeline aja. Aku merasa nggak berguna dan merugikan diriku sendiri dan orang lain. 

Dan terakhir, aku meyakini bahwa aku cukup sering merasakan dan mengakui kekuranganku. Tapiii semua itu berakhir sia-sia karena tidak ada tindak nyata setelahnya. Bismillah. Semoga Allah ridhoi. Semoga Allah mudahkan.

Sebentar lagi usailah setahun pertama anak sholihku. Waktu emasnya semakin berkurang, dan jelas yang berlalu tidak akan kembali. Semoga Aku kuat menahan semua hawa nafsu untuk bermain-main dan malas. Nggak papa yaa ditahan sebentar, lelah sedikit nggak papa. Biarlah ummimu ini berkurang beban tanggung jawabnya sedikit demi sedikit. Bismillah yaa aku nggak yakin sih bisa mengurangi waktu online, tapi harus dipaksakan ya. Minimal menambah waktu ibadah, agar secara otomatis jam online-nya berkurang. Bismillah.

Dan satu lagi, aku tuh awalnya insekyur (wkwk) sama bayi-bayi lain yang sudah dilatih makan sendiri sejak awal MPASI. Kami belum bisa menerapkan itu ke Utsman karena berat badan lahirnya kecil sekalii. Dan mana kembarannya sempat turun BB juga sebelum meninggal (meski meninggalnya bukan karena BB). Jadinya masalah BB itu bukan cuma masalah takut stunting yaa buat kami. Bagi kami itu masalah hidup dan mati 😂. Kadang lebay sih wkwk. Tapi bener deh. Di satu sisi aku insekyur tapi di sisi lain takut. Dan dengan latihan kemandirian sederhana ini, ummi dan abinya belajar lebih ikhlas, berani, tawakkal. Dan di sisi lain mencoba membiarkan si anak sholih berkembang lebih luas. Sebenarnya nggak papa kita tetap melanjutkan menyuapi Utsman, karena rasa aman kita juga penting. Tapii melihat dia sudah ada keinginan untuk belajar, yaa emaknya tugasnya memfasilitasi sajaa. Bismillah semoga Allah kuatkan kami selalu ❤️.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar