Sabtu, 29 Agustus 2020

Aliran Rasa Pra Bunda Sayang

Alhamdulillah, sebulan terakhir beradaptasi kembali dengan perkuliahan di Ibu Profesional, menggali kembali tentang tujuan hidup dan mencari tentang diri sendiri, akhirnya aku dinyatakan berhasil melewati kelas Pra Bunda Sayang ini. Tentu saja, ini masih awal, muqoddimah. Setelah inilah yang lebih penting. Yaitu menjalani kelas Bunda Sayang selama kurang lebih 15 bulan. Wow, waktu yang cukup lama. Aku pun tidak yakin semuanya akan berjalan mudah. Tapi kuharap, aku akan selalu bersemangat, menemukan selalu alasan untuk berjuang dan bangkit kembali.

Yang kurasakan selama menjalani kelas Pra Bunda Sayang ini, aku merasa antusias, deg-degan, khawatir, sekaligus yakin. Aku yakin aku bisa, aku yakin ini jalan yang kupilih dan akan kutempuh demi menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat. Tak dipungkiti, kata malas selalu ada. Tapi melihat antusias teman-teman, aku menjadi terpacu kembali. Bahwa di luar sana banyak orang yang berusaha dengan keras. Tapi kenapa aku malah santai saja, padahal aku punya tujuan, harapan dan keinginan yang banyak. Tapi mana usahaku? Apakah yang kuusahakan sudah cukup?

Semoga, rasa antusias, khawatir dan yakin ini terus terjaga hingga perkuliahan berakhir. Ah, tidak cukup sampai di situ saja. Kuharap perasaan ini akan terus ada selama aku menjalani semua petualangan dan tantangan dalam hidup.

Dengan ini, insya Allah aku siap menjalani petualangan selanjutnya. Semangaattt 🥳💪🏻.

Minggu, 23 Agustus 2020

Menyelam Lautan Diri

Beberapa waktu yang lalu, di sebuah support group, diadakan kulwap rutinan. Kebetulan akhir pekan ini temanya tentang seni menyusun life plan. Nahh ternyata, untuk menentukan life goals kita, kita perlu tahu apa life purpose kita. Sebenarnya sudah pernah ditugaskan di kelas matrikulasi, tapi jujuurr aku butuh murojaah, review ulang, juga mencari dan belajar menentukan kembali apa sebenarnya misi khusus yang Allah berikan padaku. Aku lupa. Atau mungkin aku belum sungguh-sungguh mengenal diriku sendiri. Jadinya aku sulit menentukan dan menuliskan apa itu life purpose ku.

Itulah kondisiku saat ini. Bingung. Tidak produktif. Muaranya rupanya (bisa jadi) dikarenakan kurang mengenal diri sendiri. Karena itu sulit sekali meraup piramida atas dalam Ibu Profesional, sulit mendapatkan output dari semua yang kujalani saat ini.

Aku sempat menjalani hidup yang teratur dan bersemangat. Urusan domestik oke, mendidik anak bayi oke, mengembangkan diri juga oke. Dan otomatis, kepercayaan diriku meningkat tajam. Tapi, kini aku kuyu, lesu. Sehingga yang muncul adalah perasaan minder. Utamanya karena urusan domestik berantakan, tidak ada semangat.

Karena itulah, tujuanku kini sederhana. Mencari dan menentukan ulang apa life purpose serta life goalsku yang baru, paling aku banget. Dan itu insya Allah sejalan dan akan berjalan berdampingan dengan ketergabunganku dalam komunitas Ibu Profesional. Aku berharap, seiring berjalannya aktivitas dalam masyarakat, utamanya dalam komunitas Ibu Profesional, aku bisa memperbaiki kembali tujuan serta agenda-agenda hidupku. Sesederhana itu. Namun menurutku itu sama sekali tidak sederhana. Karena menentukan life purpose adalah dasar dari segalanya. Menemukan strong why adalah sumber kekuatan terbesar untuk menjadi manusia yang lebih baik, yang bersungguh-sungguh, serta mampu menunaikan kewajiban serta meluaskan manfaat. Semoga dengan perjalanan panjang ini, aku bisa terbantu menemukan arus yang sama, semangat yang sama, karena aku yakin betul, kewajiban kita sangat banyak dan waktu yang kita miliki tidak seberapa. Aku ingin segera menemukan siapa diriku yang sebenarnya, apa yang kuinginkan, apa yang ingin kucapai dan kutuju. Semoga Institut Ibu Profesional dapat menjadi jalanku menuju diriku sendiri. Aamiinn.

Selasa, 18 Agustus 2020

Kekhawatiran para Mama

Di salah satu support group, para mana sedang curhat masalah makan anaknya. Ada yang susah makan, sampai khawatir GTM berkepanjangan dan stunting.

Terus aku berpikir. Laah Utsman sempat juga kaya gitu. Memang sudah berlalu sih, tapi ya balik lagi kadang. Tapi kok aku santai ya? 

Padahal, ketakutanku bukanlah sekadar anak stunting. Aku malah takut bayiku meninggal. Karena si abang Ghazi sempat turun bb 300gram sebelum meninggal.

Nggak kupungkiri, aku pernah merasa ketakutan. Namun sekarang santai saja. Kenapa?

Apakah mungkin karena aku pernah membaca kisah GTM yang lebih parah, jadi aku lebih banyak bersyukur? Atau karena aku bodo amat jadinya nggak kepikiran? Ataukah tawakkalku terlalu tinggi jadinya aku merasa tidak ada beban?

Wallahu a'lam. Yang jelas, aku meyakini betul bahwa Allahlah yang Maha Memberi Rezeki, Allahlah Yang Maha Mencukupkan. Tentu saja dengan usaha duniawi;
1. Bermain dengan tekstur 
2. Tegas dengan jam makan
3. Membuat suasana gembira
4. Mencoba variasi makanan, rasa dan bumbu
Namun aku meyakini betul, bahwa bayi tidak akan mangap kecuali atas izin Allah. Karena itu aku terus mengafirmasi diriku sendiri, bahwa aku hanyalah perantara, tugasku hanya berusaha maksimal. Juga mengafirmasi Utsman bahwa Allah lebih menyukai muslim yang kuat, kalau mau kuat harus makan, kalau makannya kurang nanti lemas. Insya Allah biidznillah, semoga semua kebutuhanmu untuk hidup Allah cukupkan yaa anak sholih. Ummi tidak berharap banyak, hanya ingin kamu hidup, sehat, gembira. Semoga Allah kabulkan, Allah amanahkan terus kamu dalam naungan pengasuhan ummi abi ya nak, hingga kelak nanti kita reuni kembali di surga. Aamiinnn....

Sabtu, 15 Agustus 2020

Katakan: "Peta!"

Mungkin jargon di atas cukup lekat ya dengan telinga kita, yaitu ketika Dora, tokoh utama dari kartun anak-anak yang berjudul 'Dora the Explorer' hendak melaksanakan misi atau hendak menuju suatu tempat, sang Peta selalu dipanggil untuk membantu menunjukkan jalan. Pun dalam kehidupan kita. Untuk menuju pada suatu tujuan, kita membutuhkan penunjuk arah, agar perjalanan kita menjadi lebih mudah, cepat dan lancar. Dan yang paling penting, tidak salah arah, alias nyasar! Hihi.

Kali ini, dalam tantangan ketiga dalam kelas pra Bunda Sayang, kami mendapatkan misi untuk menuliskan ilmu yang kita inginkan untuk kuasai serta peta pembelajaran menuju kesana. Tak lupa juga dituliskan halangan, rintangan yang menghadang disertai solusi yang sekiranya bisa membantu.

Kata ummi, aku tipe anak yang sukaa sekali belajar. Hingga sekarang pun, ketika bangku kuliah sudah bisa dilepas, aku begitu antusias untuk belajar banyaak sekali. Akan kutulis dan kujabarkan satu per satu di bawah, semoga bisa dipahami.

1. Montessori 
2. FBE
3. Home cleaning 
4. Food preparation 
5. Simple baking

Yang pertama, yaitu montessori. Aku tertarik dan sudah mulai mengikuti beberapa pakar montessori di instagram, serta mengikuti kelas dan kuliah whatsapp mengenai tema ini. Sependek yang kupelajari, rasanya masih kuraangg sekali. Butuh membaca buku khusus tentang montessori ini sendiri, atau mengikuti kelas berbayar yang biasanya pembahasannya lebih dalam dan serius. Pun, sepertinya ada beberapa prinsip yang kurang sesuai dengan value yang kupegang, dan ternyata bisa dilengkapi dengan ilmu kedua, yaitu fitrah based education. Nah untuk ilmu kedua ini, aku juga baru mengikuti kelas gratisan dan youtube, dan menurutku kurang banget banget. Butuh pembelajaran berkelanjutan yang intensif.

Selanjutnya, tentang home cleaning dan food preparation. Kedua hal ini berkaitan ya. Mengapa aku tertarik dan merasa butuh mempelajari kedua ilmu ini? Karenaa ternyata membersihkan rumah adalah kegiatan yang sangat satisfying buatku. Rasanya kurang plong jika rumah masih berantakan. Namun, kadang hal ini membuat aku lelah sekali. Karena itulah aku butuh banyak cleaning hacks yang benar, sesuai ilmu yang telah terbuktikan. Sebenarnya tercakup di dalamnya juga tentang tidying up, yang dipelopori metode Konmari. Juga food preparation di sini sebenarnya lebih ke aku menginginkan keteraturan sih. Juga less waste, menghindari mubadzir.

Yang terakhir, tentang simple baking. Kenapa baking tapi kudu simple? Karena pusing aku maak, kalau pakai teknik macem-macem. Dan ternyata banyak lho, baking yang tidak memperlukan effort berlebih tapi tetap yummy. Aku ingin agar kegiatan simple baking ini menginspirasi dan menjaga agar aku bisa terus menyediakan makanan dan cemilan sehat serta bergizi untuk keluarga.

Secara umum seperti itu ya, sekarang kujabarkan halangan dan rintangan serta solusi yang kuupayakan.

Halangan dan rintangan yang perlu diruntuhkan dalam menelusuri jalan panjang pembelajaran seorang Zahida:
1. Dana 😂. Sebenarnyaa terkait pengembangan diri ini belum kupersiapkan 'amplop' anggaran khususnya. Karena prioritas kami saat ini adalah menabung untuk pulang ke Indonesia. Pusing mak mikirin biaya tiket pesawat, kargo kitab, PCR, belum lagi mengenai tempat tinggal nanti. Alhamdulillah untuk pekerjaan, pak suami sudah mendapatkannya. Tapii untuk bekal awal bertahan hidup masih minus mak, sementara Oktober ini kami sudah harus pulang ke Indonesia karena pekerjaan pak suami yang memaksa 😂. Memang solusi terbaik adalah menambah keran pemasukan, tapi tetap akan kami alokasikan untuk kepulangan terlebih dahulu. Jadi sementara solusi terbaik adalah: sabar 😂. Sembari tetap belajar via online yang gratisan. Ada banyak sekali platform yang menyediakan sarana pembelajaran gratis, alhamdulillah sementara ini bisa dimanfaatkan.
2. Manajemen waktu yang buruk. Jujur, semenjak pandemi ini waktuku di rumah sangat teratur dan produktif. Namun setelah negara api menyerang alias ujian semester, blass aku diterpa dengan ombak stres, males, overthinking, overwhelming yang berlebihan. Jadwal berantakan, jadi merasa rendah diri dan tak berguna. Bawaannya bete dan marah-marah, pokoknya sensitif sekali. Karena kurang ilmu, strong why jadi kurang kuat, hiks. Solusinya: segera refreshing, dan memaksa diri untuk menjalani jadwal.
3. Intervensi suami. Jadii pak suami sekarang kebanyakan waktunya adalah di rumah. Dan itu menjadi buah simalakama. Di satu sisi aku mendapatkan banyak bantuan, tapi di sisi lain, beliau banyak memberikan intervensi yang sesat. Ya karena beliau tidak tahu ilmunya dan tidak sempat ikut mencari tahu. Selama ini sih aku sedikit demi sedikit membantu mengedukasi beliau, tapii ya namanya suami ya gimana sih mak, suka mempengaruhi lagi padahal kita ya yang tahu ilmunya. Solusi: tetap mengedukasi suami, dan menambah kepercayaan diri karena kita tahu dan punya ilmunya. Belajar negosiasi yang penyampaian yang lembut kepada suami.

Mengenai masalah yang pertama ini memang agak menyulitkan sih, bikin buntu sebenarnya. Tapiii aku yakin dengan menguatkan azzam, tekad dan strong why, insya Allah pasti akan Allah bukakan jalannya. Tinggal kuatkan keikhlasan, lapangkan kesabaran, dan bekerja lebih keras. Insya Allah dengan izin Allah, semua akan berlalu.

Peta pembelajaran untuk semua ilmu tadi bisa kutulis sebagai berikut:
1. Montessori: baca buku👉ikut kelas👉praktek langsung👉menemukan komunitas
2. FBE: baca buku👉ikut kelas👉praktek langsung👉menemukan komunitas
3. Home cleaning: baca buku👉ikut kelas👉praktek dengan disiplin
4. Food preparation: baca buku👉ikut kelas👉praktek dengan disiplin
5. Simple baking: mengumpulkan waktu khusus👉mencatat resep yang bisa dicoba👉banyak berlatih

Dan setelah kutelaah, ternyata ada beberapa ilmu penunjang yang perlu kupelajari:
1. Belajar membuat kurikulum untuk anak.
2. Belajar manajemen waktu dan skala prioritas.

Sebenarnya, ternyata banyak sekali juga yang ingin kupelajari di luar yang telah kusebutkan di atas. Ilmu tentang kearsipan, keuangan, kesehatan. Hihi memang yaa menjadi ibu profesional itu banyak sekali PRnya. Tapi sementara 5 cabang ilmu tadi yang ingin dan butuh untuk kupelajari dan kuasai segera. Aku yakin betul kelima hal ini akan menunjang semangatku, juga menunjang keberhasilan tugas-tugas hidupku yang lain.

Sekian, semoga Allah memudahkan setiap langkah kita. Semoga Allah luruskan terus niat kita, semoga ilmu ini semuanya bisa bermanfaat dan barokah. Agar yang mengecap manfaatnya bukan cuma aku dan keluarga, tapi juga masyarakat luas secara umum. Aamiinnn. 

Jumat, 07 Agustus 2020

Berkelana Berpedoman 'CoC'

Game dalam wahana kedua kali ini  yaitu wahana surfing; kami mendapatkan misi untuk menceritakan kembali pengalaman-pengalaman dalam ber-CoC ria.

Sebelumnya, apa itu CoC? 

CoC atau Code of Conduct dalam bahasa
Indonesia dapat diartikan pedoman
perilaku bermartabat, yaitu
beberapa aturan yang dibuat,
dipahami dan disepakati hingga
menjadi komitmen bersama. Intinya mah aturan yang disepakati untuk menjalani perjalanan, secara khusus yang sedang kami semua jalani dalam Institut Ibu Profesional.

Kesan pertama saya dengan CoC adalah; wow, keren! Saya suka sekali ungkapan bu Septi bahwa kita sebagai Ibu yang ingin mencetak generasi beradab dan bermartabat sudah pasti harus kudu banget mempunyai adab terlebih dahulu. Dan sudah jamak sekali, dalam organisasi manapun dan apapun, perlu dibentuk aturan agar tujuan organisasi bisa tercapai, tiap anggotanya mendapatkan manfaat yang maksimal, juga tetap adem ayem dalam interaksinya.

Tugas ini membuat saya melakukan kilas balik pada setahun (lebih) yang lalu, dalam kelas Matrikulasi. Alhamdulillah, seingat saya, saya termasuk yang lurus-lurus saja alias patuh dan tidak pernah melanggar CoC. Namun masalah mulai muncul ketika saya masuk ke grup regional Non Asia, saya sempat bingung karena kurang nyambung dengan obrolan yang ada. Maklum, penghuni grup sudah saling kenal satu sama lain, dan kami (atau saya saja hihi) belum cukup mengenal, bahkan sekadar tahu nama-namanya pun tidak. Ditambah kekurangan saya yang kurang berani PDKT duluan dengan orang lain, makin mempersulit diri saya sendiri. Namun sembari mempelajari alur obrolan, saya mulai mencoba mengenal anggota lainnya, namun masih gagal total. Pun mayoritas anggota grup tidak ada yang pernah interaksi langsung dengan saya, wah saya langsung merasa zonk sekali hihi. Memang ya, pertemuan online tak akan pernah bisa menggantikan tatap muka dan fisik secara langsung. Semoga seterusnya dalam grup whatsapp HIMA IIP Efrimenia yang jumlah anggotanya lebih sedikit, saya bisa lebih banyak berperan aktif dan nimbrung dengan obrolan yang ada. Sayang sekali apabila saya hanya bisa mengambil sedikiiit manfaat karena ketakutan dan kekurangan saya sendiri.

Dan kuharap, berkelana menuju Ibu Profesional dengan berpedoman CoC dapat membantuku menabur keberkahan sepanjang petualangannya, agar manfaat yang kudapat dalam dan bisa meluas pada banyak orang.