Jumat, 30 Oktober 2015

Tentang Menulis

Terkadang terbersit sedikit penyesalan.
Mengapa dulu kubuang begitu saja kebiasaan menulis.
Kupinggirkan menulis hanya demi pelajaran, yang nyatanya tak menghasilkan sesuatu yang luar biasa.
Menulis, hanya bisa dilatih dengan menulis. Sesedikit apapun, sangat berarti. Entah itu hanya quote iseng, atau coretan perkataan seseorang. Dan yang terpenting, yang sangat mendongkrak kemumpunian tulisan adalah menulis catatan harian.
Jadi teringat masa-masa yang telah lalu, dimana aku sangaaaat rajin menulis. Entah itu di sobekan kertas, buku pelajaran, atau bahkan terkadang di halaman kosong dalam al-quran. Karena inspirasi itu sering datang tiba-tiba. Bahkan tak jarang aku menyelipkan sebuah kertas kosong dan pensil isi dalam al-quranku ketika berangkat ke masjid. Dan hasil tulisanku luaaaar biasaaa! Memberikan banyak inspirasi dan pencerahan, setidaknya untuk diriku sendiri :P
Namun waktu berlalu dan lama kelamaan kebiasaan itu memudar. Aku yang dulunya dengan mudah menulis kata-kata indah kini mulai sering merasa kesulitan mengungkapkan isi pikiran. Menulis yang dulu semudah membaca alfatihah kini menjadi sukar. Seakan jemari ini kaku, ikut membeku karena angin musim gugur ini. Hmmm.. entahlah.. Namun untuk sesaat aku teringat kembali alasan dan penyemangat untuk menulis. Dulu, aku pernah berkata; bahwa aku ingin mengubah orang dengan tulisanku. Aku berkata demikian, karena memang proses dakwah lewat menulis cukup memberi banyak manfaat. Dengan menulis kita bisa menyampaikan pikiran kita. Membagi kebahagiaan, sekaligus mencurahkan kesedihan. Hmmm.. sungguh aku merindu saat berdua dengan laptop, menulis banyak hal.
Jujur, aku sangat membenci saat-saat statis seperti ini. Cuaca yang mulai tak stabil, angin kencang yang membuat malas bergerak, sedikitnya sumber bacaan yang bagus, juga waktu ujian yang semakin dekat. Mungkin memang sulit jika tidak dipaksa, karena itu aku mencoba menahan diri untuk tidak mengunistall aplikasi blogger ini dari ponsel tuaku. Maklum, ponsel jadul yanh ramnya cuma satu gigabyte, ditambah memori yang terbatas sering menggodaku untuk menghapus aplikasi yang jarang aku gunakan untuk menghalau ke-loading lambat-annya. Dan aku sadar, penghambat sebenarnya bukanlah semua yang aku sebutkan di atas, melainkan dari diriku sendiri. Entah sampai kapan aku mau melepaskan diri sari gelungan selimut tebal empat lapis ini. Sungguh, musim dingin bukan cuma membuatku excited, tapi rupanya juga membuatku tidak nyaman. Well I love summer more T_T

Shaqr green house deket elrayek,
31 oktober 2015, 09:14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar