Kamis, 12 November 2015

Opinion, huh?

Berada di bumi para nabi ini untuk beberapa bulan membuatku sedikit banyak menganalisa bagaimana pola kehidupan para masisir. Baik dari sisi keseharian hingga interaksi satu sama lain. Salah sayi hal yang cukup membuatku tertarik adalah mengenai kehidupan organisasi yang hidup di mesir ini. Terdapat sebuah hal yang kurasa kurang melekat dalam tubuh organisasi para masisir. Yaitu tsiqoh. Sejauh yang kulihat dari kurang lebih dua bulan disini, hanya itulah kekurangan yang menonjol. Kurangnya tsiqoh antara pemimpin atau ketua dari sebuah organisasi kepada para anggotanya, begitu pula sebaliknya.
Mengapa saya mengangkat masalah tsiqoh? Karena tsiqoh adalah kunci sukses dari perjalanan sebuah organisasi. Bahkan bisa dikatakan bahwa ketiadaan tsiqoh sama dengan ketiadaan organisasi tersebut. Tsiqoh juga tak dapat muncul tiba-tiba. Ia adalah buah dari interaksi yang amat lama. Dan tsiqoh akan membuahkan ketaatan. Keduanya adalah rukun dari kesuksesan sebuah organisasi, apapun organisasi itu. Jika tsiqoh terlaksana, maka akan menghasilkan maslahat yang amaaat besar. Dan sebaliknya, jika tsiqoh ditanggalkan, maka kemudhorotanlah yang akan muncul. Akan menyebarlah masalah-masalah internal yang berujung dengan menurunnya produktivitas sebuah organisasi. Karena tsiqoh menentukan kekuatan sistem suatu organisasi dan ketahanannya. Ia juga penentu utama keberhasilan untuk pencapaian tujuan dan menunjukkan ketegaran organisasi dalam menghadapi tantangan.
Maka, mari tanyakan pada diri kita masing-masing. Sudahkah kita mengenal para pemimpin kita? Sudahkah kita percaya pada kapasitas dan keikhlasan mereka? Dan sudahkah kita siap untuk menerima dan melaksanakan segala intruksi yang diberikannya, selama itu bukan dalam kemaksiatan, dengan tanpa ragu, tanpa mengurangi ataupun menambah intruksi tersebut, dengan keberanian melawan ego diri dan meluruskan untuk tujuan yang benar? Sudahkah?
Dan tak ada organisasi tanpa seseorang sebagai pemimpinnya. Juga tak akan terbentuk organisasi itu tanpa para anggota sebagai penggerak dan pendukung visi dan misi organisasi. Maka, agar tsiqoh itu terbentuk dan mewujudkan visi misi itu, apa yang harus kita lakukan?
Pertama dan utama, kita harus memulainya dengan pemahaman. Pahami, maka engkau akan menggenggam kunci awal kesuksesan. Engkau akan mengetahui alasan mengapa harus melakukan ini dan itu. Dan Allah menegaskan dalam kalamNya, bahwa tak bisa disamakan antara orang yang memahami dan tidak. Kedua, coba kesampingkan ego dan kepentingan pribadi. Cobalah untuk mengalah untuk kepentingan bersama. Dan selanjutnya, yang terpenting adalah kita saling mendoakan untuk kebaikan kita bersama. Semoga Allah menguatkan diri kita dengan sikap percaya dan memberikan rasa tanggung jawab dalam setiap perbuatan yang kita lakukan setiap harinya. Aamiin.

12 november 2015, 21:16

Jumat, 06 November 2015

Mungkin terlupakan

Alhamdulillah, imtihan akhir mustawa sudah terlalui. Dan tibalah liburan panjang, dari hari kamis hingga ahad. Namun, tetap saja liburan ini tidak dapat menjadi pure liburan leha-leha di rumah seharian. Oke, hari kamis aku kosong dan menonton taechyeon seharian. Tapi tidak untuk tiga hari sisanya. Termasuk hari ini. Aku mengikuti pakasi; acara senat syariah. Acara dimulai sore dan berakhir setelah isya. Namun di saat yang sama ada juga rapat gamajatim angkatan rutin awal bulan. Akhirnya kami kesana walaupun sedikit telat.
Musyawarah berlangsung alot. Dan yang membuatku sedikit kesal, karena kurangnya ketsiqohah kita terhadap qiyadah. Aku, yang terbiasa hidup dalam naungan tarbiyah, tentu saja secara otomatis mengiyakan pembayaran kas bulanan. Lagipula jumlah kas wajib sangat terjangkau, hanya 3 le. Namun yang mengherankan, pembayaran 3 le ini jadi pembahasan panjang. Please deh, 3 le buat angkatan dan ppmi. Kenapa harus pake ada acara curiga-curigaan. Kita sama-sama masisir. Oke, nggak bisa dipukul rata semua masisir itu baik. Tapi setidaknya, para pengatur uang kita itu adalah para qiyadah yang sudah pernah sama-sama kita pilih dan sudah kita percaya untuk berlelah-lelah mengurus lebih dari 500 camaba tahun ini. Ayolah, 3 le itu bahkan jika terselip dan hilang kita tidak akan sadar bukan?
Dan kejadian ini membuat aku makin dan makin bersyukur atas nikmat Allah bisa berada dalam jamaah ini. Sungguh, hal yang kita anggap biasa dan remeh dalam jamaah ini sangat terasa bernilai saat kita berada dalam forum gabungan dengan teman-teman lain. Mungkin kita kalah di sisi keilmuan. Mungkin kita juga tidak lebih baik dalam mengungkapkan pendapat dan berorasi. Tapi tanpa kita sadar, kita menyimpan banyak akhlak mulia yang tak mudah untuk didapatkan. Seperti tsiqoh tersebut.
Ya Allah, sungguh nikmatmu tiada kudustakan. Tolong jaga nikmat berjalan di jalan ini, dan ridhoilah kami untuk terus istiqomah di jalan ini, ya Rabb..

Shaqr elrayek,
Fri, 6 november----eh udah ganti hari deh
Thu,7 November 00:04 clt

Senin, 02 November 2015

Tentang Lelaki

Haha. Apa banget yaak judulnya? Aku ketawa sendiri nulisnya.

Jadi, aku terinspirasi judul ini ketika pulang sekolah hari ini. Kami pulang sedikit terlambat, karena aku mengantri untuk pembayaran rusum terlebih dahulu. Alhasil bis yang biasanya suka ngetem dan menyambut kita di depan gerbang sudah menghilang semua. Akhirnya kita berjalan ke tempat pemberhentian bus dekat flyover. Satu bis, dua bis sempat berhenti. Namun tujuannya tidak sesuai dengan kita. Giliran ada yang ke tujuan kita pasti penuh banget bisnya. Hingga akhirnya ada sebuah bis yang penuh sih sebenarnya, tapi kita masih bisa masuk. Akhirnya kita masuk, walaupun harus berdiri dan berdesakan. Rupanya ada beberapa masisir di dalam. Yang bikin sebel, aku yang punya kebiasaan masuk bis paling akhir cuma muat masuk di sebelah sopir dan dikelilingi bapak-bapak mesir T_T
It's okay sih. Tapi agak degdegan aja. Aku melirik ke bagian dalam bus. Bikin sebel bin iri murokkab deeh liat kak hamnah yang biasanya menggunakan waktu pulang buat qtime dan talktime aku malah ketemu abangnya. Hiks. Setelah beberapa lama penumpang mulai berkurang. Aku bisa nyelip dan masuk, bergabung dengan para masisir lainnya. Walaupun dapetnya berdiri di atas ban sih, hehe. Tiba-tiba mas-mas masisir yang pake kacamata langsung memperingatkan kita kalo ada bapak-bapak mesir yang kelihatannya punya niat buruk. Bapaknya udah diusir ke belakang tapi tetep ngotot aja mau disitu. Iyuuuuh. Akhirnya mas-mas kacamata tadi ngedorong dan narik bapak itu ke belakang tepat saat bapaknya udah mendekati ulfa dan langsung menukar tempat jadi di belakang ulfa. Hmmmm Alhamdulillaaah. Peka banget yak, mas-mas kacamatanya? Hehe.
Aku juga liat abangnya kak hamnah, yang tetep berdiri di samping kursi kak hamnah dengan posisi yang overprotektif haha. Yang aku suka banget di cerita ini, yaitu bagian mas-mas kacamatanya. Masisir emang deeh rasa tanggung jawabnya terhadap masisir lain kuat banget. Inilah enaknya hidup di negeri orang. Rasa persaudaraannya lebih kuat karena kita tinggal menumpang dan jadi minoritas di negeri orang. Dan otomatis pasti rasa itu juga akan terus terasah.

Aku jadi teringat para lelaki yang luaaaarrr biasaaa yang selalu hadir dan memberikan warna dalam 18 tahun hidupku.
Pertamaa? Tentu saja abiku tersayang. Hmmm bagaimana yaa mendeskripsikan abi? Sebenarnya, aku tidak terlalu dekat dengan abi. Karena saat aku kecil, abi masih bekerja di perusahaan orang, belum buka usaha sendiri. Jadi aku dan dek fa suka agak segan. Makluum, merasakan betul beratnya mencari nafkah keluarga baru hehe.
Tapi, kalo disuruh menyebutkan tiga kata soal abi, tentu saja; overprotective, kopi, pecel!
Aku, anak perempuan satu-satunya, baru keluar rumah dan merasakan perjalanan jauh sendiri baru setelah lulus aliyah! Padahal aku punya banyak saudara laki-laki, tapi tak sekalipun aku dibolehkan perjalanan jauh meskipun ditemani salah satu dari sekian banyak saudara laki-lakiku. Haha, kesibukan abilah yang akhirnya merelakanku untuk pergi sendiri. Abi juga pasti menelepon ketika aku pergi. Baru pergi sebelum maghrib, setelah maghrib udah ditelpon ditanya kapan pulang, padahal perginya sama dek fa -_-
Itusih biasa yaa anak pergi ditelponin. Yang gak biasa itu, abi yang pergi tapi dikit-dikit nelpon rumah! Hehe. Yang menguntungkan sekali dari poin overprotective ini, abi juga sering menanyakan isi atm; masih ada atau tidak! Hehe :P
Teruuus tentang kopi. Abi sukaaaaa banget kopi. Tapi abi nggak ngerokok. Kan kata orang pasangan kopi itu rokok, tapi khusus kasus abi; pasangan kopi itu pisang goreng :D
Abi punya jadwal khusus buat minum kopi. Setelah subuh dan setelah maghrib. Aku paling males ikut ngopi pagi dan lebih memilih cuci piring atau mainan hp. Hiks aku juga heran kenapa aku nggak suka kopi dan teh. Kaya bukan anak abi aja :P
Teruuus, abi juga menyiapkan berbungkus-bungkus kopi dan tetek bengeknya untuk suguhan tamu. Untuk heaternya aja abi aku berkeliling semua mall di kediri ditambah surabaya malang dan cirebon, cuma buat heater yang diinginkan abi! Yea, memang kebahagiaan abi ada disitu. Abi nggak pernah pengen banget sesuatu selain waktu abi pengen heater itu :P RUAAARR BIAZAAA :P
Teruus poin terakhir dari kekhasan abi; yaitu pecel. Kenapa coba aku suka menolak makan pecel? Saking bosennya sama pecel! Apalagi kalo kita lagi pulang ke rumah magetan. Mau seminggu disana juga makannya pagi siang sore juga abi nggak bosen makan pecel!
After all, abi adalah laki-laki pertama yang kukenal seumur hidupku. Laki-laki pertama yang mengenalkanku arti kasih sayang. Laki-laki pertama yang mengajarkanku bagaimana seharusnya hidup. Meskipun beliau terlihat cuek diluar, tapi kuyakin apa yang tersimpan dalam hatinya sungguh tak tergambarkan. Sampai-sampai sulit diungkapkan. Iya nggaaak?
Kedua, dek fa. Dek fa itu adik pertama aku. Dia sifatnya bedaaaa banget sama aku. Kalo aku kan punya ambisi dan keinginan khusus. Agak nakal dan suka banyak gengsi. Tapi dia anak supeeer baik. Nggak tegaan pula orangnya. Dulu dia terkenal cengeng gendut dan baik hati. Tapi semenjak menginjak bangku smp; dia berubah banyaaaaak sekali. Aku saja masih suka takjub sendiri. Dia jadi tinggi dan kurus. Dulunya yang slebor dan teledor jadi mulai berubah. Sepertinya dia sudah mulai dewasa dan besar ; ) Apalagi sekarang dia sudah sma ; )
Kadang sedih aja. Bukan sedih sih, mungkin terharu. Dek fa yang dulu segalanya terserah sekarang sudah besar dan mau menentukan pilihannya sendiri. Bahkan dia dengan berani memilih jurusan yang berbeda dariku dan yang diinginkan kedua orangtua kami. Jurusan seni! Kuakui, hobi menggambar memang awalnya dia tertular dari diriku. Tapi aku yang berhenti sejak lama tak membuat dia berhenti. Malah dia menemukan soulnya disitu. Aku juga baru tahu, kemampuan menggambarnya patut diacungi beberapa jempol! Top deeh pokoknyaaaaa :D
Tapi yang membuat aku super kesal, efek kedewasaan dia juga; dia jadi suka ogah disuruh-suruh. Padahal semuanya dan terutama aku; sangat bergantung padanya :P suka mengulur waktu ketika ada thalab sampe ke dia. Kadang akhir-akhir ini umi sampe suka marah.
Fiuuuh. Yang patut kusyukuri; dia tidak pernah berniat benar-benar membangkang dari tugas. Dia termasuk anak yang dianggap alim dan soleh. Sampai teman-temannya membuat grup 'Falve emang sholeh' haha. Yang jelas, aku paling dekat dengan dek fa dibanding yang lain. Maklum, aku lebih dekat umurnya dengannya, dan hidupku banyak bersamanya.
Ketigaaa; dek jihad. Ini adek paling baik hati dan paling perasa. Pokoknya dia juga paling sayang sama semuanya! Kadang aku merasa berdosa, agak nggak deket sama dia. Suka kadang banyak memandang dia sebelah mata. Padahal dia disukai semua orang, haha. Aku sih ngerasanya dia ngehormati aku banget. Soalnya suka gimanaaa gitu kalo sama aku. Hehe. Kegeeran niih wkwk. Dia agak kurang di pelajaran, tapi dia juga jago banget gambar. Imajinasinya juga tinggi banget. Kayanya dia visualnya jalan banget. Dia sekarang kelas 1 smp. Dia juga slebor banget melebihi dek fa. Dia juga nggak peduli sama uang. Aku berdoa dengan keberadaan dia di pondok bisa mengubah sifatnya itu, hehe.
Keempat, dek askar. Dia anak terakhir buat saat ini, hehe. Dia paling mirip sama aku. Punya ambisi. Kecerdasan. Juga kelicikan, hehe. Bedanya dia lebih percaya diri dan lebih supel. Dia yang masih 3 sd udah populer. Haha. Suka usil dan jahil. Tapi dia selalu kalah sama aku, hehe. Dia nggak terlalu berani sama aku. Jadi suka kalah kalo masalah usil-usilan jahil-jahilan. Hehe. Apa lagi yaa tentang dia? Udahan aah males nulis lagi.
Selanjutnya? Mas Alif. Aku bersama mas alif, sepupuku, sejak kita masih bayi. Tumbuh bersama membuat kami dekat bagaikan anak kembar. Sayangnya, kami berpisah di smp. Aku masuk pondok dan dia masuk smp negeri. Aku mulai canggung. Apalagi dia di smp agak nakal playboy gitu. Sma kita kembali berkumpul di sekolah yang sama. Mulai deh akrab lagi. Dia benar-benar kakak bagiku. Meskipun semenjak masuk kelas persiapan untuk pondok dan menjadi adik kelasku dia jadi nggak bertingkah seperti kakak. Tapi dia teman cerita dan curhat paling oke. Dia jago banyak hal. Gambar oke. Otak oke. Nulisnya juga super oke. Tampang? Lumayan sih, meskipun cakepan jaman kecilnya. Yang menurutku kurang dari dia, cuma sikap pesimis dan gampang suudzonnya. Dia kaya nggak punya tujuan pasti. Mungkin pengaruh orang tua atau bagaimana aku juga kurang paham. Aku cuma mendoakan sajalah.
Lalu ada juga mbah kung. Entah, tapi dari semua pamitan untuk ke mesir; aku cuma nangis waktu pamitan sama mbah. Hiks aku takut aku nggak bisa kembali ke indonesia dalam waktu dekat. Aku takut aku nggak ada di indonesia waktu mbah sakit. Aku takuuuttttt nggak bisa ketemu mbah lagi.  Hiks hiks hiks hiks.
Aku jadi nggak mood lanjutin cerita lagi euy. Yanh jelas, urutan selanjutnya itu om sigit. Terus pakde ratno. Tapi males banget cerita sekarang. Next time okay?
Well after all, aku cuma bisa menyimpulkan sedikit hal. Laki-laki; mereka memang makhluk yang disetting untuk mengedepankan logika. Namun tak berarti mereka tidak memiliki perasaan. Bahkan beberapa dari mereka perasaannya sangat lembut dan dalam, melebihi beberapa dari kaum hawa. Mereka hanya bingung bagaimana harus mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran dan hati mereka. Bahkan terkadang menurutku mereka lebih hati-hati dan hormat terhadap makhluk selain mereka. Mereka juga memiliki rasa tanggung jawab dan rasa ingin melindungi yang kuat.
Memang sih setiap orang berbeda, tak dipungkiri banyak juga laki-laki jahat diluar sana. Tapi, sifat mereka itu juga hasil dari pengaruh kita para perempuan. Terutama hasil dari interaksi seorang laki-laki dengan ibunya. Maka, jika suatu ketika nanti kita menjadi seorang ibu, jangan lupa untuk mengajari anak laki-laki kita dengan akhlak mulia. Begitupun ketika kita menjadi seorang kakak, adik, saudari, atau teman dari laki-laki. Siapapun itu.
Mulailah dengan menghargai diri sendiri. Kemudian orang-orang di sekitar kita. Maka hidup kita akan bahagia :D

Shaqr elrayek,
2 November 2015 23:33
(Late post karena sedikit masalah di aplikasi blogger hp)

Hmmm jadi ada tambahan cerita. Semalam aku dan kak zumroh kembali dari darrosah. Terus kita turun di tamin. Waktu naik lagi, kita naik yang ke arah tabbah. Soalnya udah nggak ada bis yang ke arah bawwabat. Eeh ternyata sebis sama kakak ganteng. Hehe. Dia langsung menawari duduk. Kita nggak enakan.
Kak zumroh: "iih nggak usah kak.."
Kakak ganteng: "nggak papa."
Kak zumroh: "emang kakak turun dimana?"
Kakak ganteng: "cepet kok turunnya. Di k****"
Kak zumroh: (bukannya bisnya nggak lewat ya? Bukannya kita malah justru yang turun duluan yak?) "Emang lewat kak?"
Kakak ganteng: "iya."
Dan kakak itu langsung berdiri di belakang. Haha. Aduuuh si kakaaak. Wkwkwk. Sampe boong segala gak ada alasan buat ngasih duduk cewek (^_^)