Rabu, 07 Agustus 2013

Sekali lagi, just share :D

Baru saja menengok blog-blog orang yang [mungkin] kukenal.
Dan aku terpaku pada sebuah postingan big boss kita kemarin..
Isinya tentang, sesuatu. Sesuatu yang sama dengan yang kurasakan beberapa waktu lalu.
Yeah, memang sih dari lubuk hati yang terdalam, aku udah say no to galau. Tapi, kok rasanya gak adil juga kalo aku nggak menceritakan si objek yang bikin aku galau ya. #eaaa

Namanya? Mungkin, tidak perlu diucapkan.
Karena, lihatlah seseorang dari ucapannya, bukan siapa yang mengucapkannya.
Aku takut, ketika kalian mengetahui namanya, persepsi kalian langsung berubah drastis. Karena, visual kita seringkali lebih menguasai. Yeah, otak kanan memang keren (y). Jadi, aku akan membiarkan kalian berimajinasi dan mulai menerka-nerka. Wait, tapi juga jangan terlalu tinggi membayangkannya. Sungguh, dia hanya seorang yang sederhana.

Mungkin, aku menulis ini sok tahu sekali. Setidaknya, inilah opiniku terhadapnya.

First meet?
Aku tidak pernah menyadari pertemuan pertama dengan seseorang. Tidak pernah menganggapnya penting.
Padahal, seperti yang kalian tahu, ada yang namanya love at first sight. Tapi, sepertinya hal itu tidak akan pernah berlaku bagiku.
Mungkin, sebelum bertemu aku pernah beberapa kali membaca namanya. Ya, hanya membaca sekilas tanpa pernah muncul ketertarikan untuk mulai penasaran. Tidak pernah pula tertarik dengan namanya yang [mungkin] unik. Tidak pernah pula mendengar kiprah tentangnya.
Kemudian, saat sebuah event besar kemarin, aku sempat mendengar namanya lebih sering. Karena seorang teman, rupanya 'mengagumi' sosok sederhananya. Lagi-lagi, aku tidak pernah penasaran.

Ingat sekali, waktu LDKO, kita para mentor bersiap untuk mendampingi peserta mengikuti daurah siang itu. Tapi pak ketuplek sudah berjaga depan pintu rupanya. Dan mencegat kami yang hendak masuk ke ruangan. Huu, rupanya pembicaranya tidak ingin kita, para panitia akhwat ikut bergabung di dalam ruangan kelas nan sempit itu. Grogi, katanya. Kami sempat tertawa kecil, tapi sebenarnya kesal juga. Memangnya siapa sih si pembicara, saking ngerasa gantengnya kali ya, takut grogi dilihatin kita. Akhirnya aku dan teman-teman kembali ke basecamp. Sebelum masuk, aku sempat menoleh sejenak ke jendela kelas ruang daurah yang ternyata terbuka lebar, dan sesosok itu terlihat sedang menyampaikan materinya. Huh, ternyata dari sini lebih terlihat. Oke, jika memang aku berniat untuk melihatnya. Dan sekali lagi, tidak ada ketertarikan khusus untuk tetap berdiri dan mengikuti daurah secara ilegal itu. Mending istirahat ya, daripada ngeliatin ikhwan yang jelas-jelas nggak mau diliatin sama kita.

Waktu terus berjalan hingga penutupan LDKO keesokan harinya. Sebelum upacara penutupan, kami sempat briefing, latihan agar penutupan acara ini tidak sehancur pembukaannya. Maklum, acara yang pertama kali dimulai sebelum acara lainnya, jadi masih belum jelas bagaimana alurnya. Nah, kami sempat beridtirahat sejenak di panggung, ketika sang big boss mulai heboh melihat sang pujaan hati mengurus persiapan grand closing LDKO juga. Nah, disitulah pertama kalinya, aku dan dia bertatapan, bersiborok pandangannya.#eaa

Tapi, aku tidak peduli.
Pertama, karena tidak mungkin aku memandang seseorang lebih dari dua detik, apalagi dia juga sedang memandangku!
Kedua, karena memang aku merasa tidak memiliki satupun keperluan untuk mengetahuinya. Walaupun aku sedikit penasaran, siapa yang sebenarnya telah membuat melting si big boss.

Yea, lupakan. Aku juga tidak terpikir untuk mempedulikannya.

Tapi, keadaan berubah setelahnya. Waktu kacung cantik, si mamad mengutusku untuk menjadi PJ akhwat SMP Terbuka. Aku menerima dengan suka hati, itung-itung menambah pengalaman. Well, aku nggak mau event kali ini terlewat begitu saja tanpa sebanyak-banyaknya menggali potensi dan pengalaman dalam diriku. Lagipula aku sudah banyak membantu keperluan SMPT dari awal, jadi sedikit banyak aku mengerti soal kepengurusan acara ini. Awalnya aku kira juga masmus lagi yang jadi ketuplek acara, karena memang selama ini dia yang banyak mengfollow up bu Indra soal SMPT ini.
Ternyata bukan. Setelah evaluasi hari pertama, tepatnya beberapa saat menjelang grand opening SMPT, barulah diumumkan kepanitiaan SMPT ikhwan. Shocked juga sih, dikiranya ngurus anak ndableg segampang itukah? Menurutku, mengajar SMPT lebih penting daripada SMPN 2nya, walaupun bukan acara utama. Dan walaupun aku belum pernah mengajar mereka. Ups, aku terlewat mendengarkan siapa pj alias ketuplek acaranya. Acara berlangsung dengan dipegang penuh para panitia ikhwan. Dan disitu aku tahu persis, sang pj sangat bisa diandalkan. Ba'da ashar perkenalan dan sedikit taujih singkat dari sang pj. Dan disitu aku masih belum menghafal wajahnya. Namanya juga. Aku masih merasa hal itu kurang penting.
Sorenya, mbak mamad bilang, kalo si pj itu nanyain lewat mbak mamad yang ketua acara soal pj akhwatnya. Mbak mamad langsung balas, namanya zahida. Dan mbak mamad memberikan nomor ponselku ke si pj. Yea, tinggal menunggu sms dari mas pj. Iyaya, koordinasi itu juga penting. Apalagi mas pj itu sepertinya juga nggak tau apa-apa.
Tepatnya hari itu juga, ba'da magrib, lebih akurat lagi pada pukul 18. 10, sms itu datang. Aku langsung tahu itu dia, karena smsnya langsung menanyakan soal SMPT. Aku langsung diskusi dengan sang mbak mamad. Hihi, perasaan setiap mau membalas sms mas pj aku selalu minta petuah mbak mamad nih.
Koordinasi terus berlangsung, sebenarnya masih membicarakan soal butuhnya evaluasi serta briefing acara. Memang, soal SMPT nggak muluk-muluk. Cuma memberi materi. Tapi kita juga tidak ingin materi itu cuma menjadi 'cuma' bagi mereka.

Malamnya, evaluasi sanlat utama. Sempat membicarakan soal butuhnya berkumpul panitia SMPT, tapi ternyata buntu. Mas pj ini yang juga ketua logistik masih bingung dan sepertinya dia sedikit stres karena masih banyak yang belum beres. Aku sempat melirik, itu dia bukan ya yang sedang menunduk. Kelitannya sedang membuka sms dariku, hihi.

Tiba-tiba aku tersentak saat seseorang maju dan menyampaikan sedikit uneg-unegnya, kekalutannya. Rupanya itu dia sang ketua logistik bin pj SMPT. Ternyata benar kawan, dia stres, wkwkwk.
Ups, karena aku juga merasa sepenanggungan, dan merasa berkontribusi menambah kestresan mas pj, aku akhirnya mengirimkan pesan singkat lewat tepon genggamku. Sempat kulihat dia menunduk dan membuka ponselnya, dan aku segera ngacor karena malu, merasa berdosa dan salah telah mengirim sms yang sebenarnya biasa aja sih, tapi entah kenapa aku mulai merasa ada yang tidak benar soal hatiku ini.

Tepat delapan menit setelahnya, tepatnya pukul 22. 09 si mas pj menjawab smsnya. Dengan emot senyum di awal.
Makasih banget udah ngingetin. Mungkin ane lagi stres juga banyak kerjaan. Mungkin evaluasinya besok siang aja ya..[beberapa kata tidak penting dihapus oleh penulis, hehe]
Weiks, dan hal itu benar-benar membuat persepsiku padanya berubah. Weiks, aku langsung merutuk diri. Aku salah aku salah. Semoga hal ini tidak membuatku melanggar koridor daerah aman.

Besok paginya, lagi pembiasaan di masjid. Kebetulan hp di saku tas bagian depan jadinya langsung terasa getarannya. Eh, ternyata sms dari mas pj. Dia mengajakku untuk sejenak membicarakan soal smpt. Waktu menemuinya, aku baru sadar. Ternyata selama ini kalo mas Alif ngajak aku ketemuan buat mengurus apapun [mulai dari aku nitip obat sampe urusan logistik], si mas pj ini ternyata memang selalu menemani mas alif. ternyata kita sudah sering bertemu, sodara-sodara.

Di lobi, kita berbincang sejenak. Tentu dengan seorang ikhwan menemaninya dan si jeko yang nemenin aku. Emang sih yang ngbrol cuma kita berdua. Tapi khalwat tetep gak bolehlah coy.
Aku punya kebiasaan unik yang sampai sekarang masih susah dihilangkan. Namanya ngobrol, susah sekali buat tidak menatap lawan bicara. Pasti konsentrasi buyar. Aku sempat tersenyum dalam hati waktu melihatnya, sepertinya dia juga tipe yang sama. Takut-takut sih memandang lawan bicara, tapi berusaha sebisa mungkin terlihat biasa.

*nah, aku jadi ingat tiap detiknya*

terus, briefing pertama. Kesan pertama partneran dalam rapat seperti ini, cuma satu. Dia bisa memimpin rapat secara keseluruhan, tidak seperti masmus yang seolah hanya berbicara kepada ikhwan. Dia bahkan kelihatannya lebih banyak memperhatikan kita, para akhwat. Mungkin karena antusis kami, ya. Aku senang sudah bisa membawa a'dhoku menikmati tugas mereka. Tapi, di briefing pertama ini masih seakan hanya aku dan dia yang berbicara.

Haha.
Sebenarnya aku malas sekali menulis panjang-panjang. Tapi, rasanya jika tidak ditulis, belum lengkap menggambarkan mas pj ini.

Well, lanjut sajalah langsung. Aku paling suka keesokan harinya. Aku mengusulkan satu hal ke dia, dan dia langsung mengumumkan di depan seluruh panitia RE. Haa~ rasanya memang benar-benar koordinasi yang nyaman seperti ini (y).

Dan mulailah. Aku baru sadar dia berkeliling kelas tiap mentoring dimulai. Dan ternyata dia juga mengisi kelas yang sama denganku. Tapi, mana peduli juga ya.

Lucu juga, kita sms hanya membicarakan soal SMPT. Tidak ada ledekan, godaan, dan apapun itu. Aku tahu dari situ, dia menghormati lawan bicaranya, apalagi aku :D dia menggunakan bahasa yang luar biasa sopan, tidak seperti sms ketuplek dan waket LDKO*ehem*.
Kadang lucu juga, kita papasan, saling berpandangan, tapi tidak mungkin rasanya untuk menyapa. Tapi, yang paling kuingat, muka hangatnya selalu mengumbar senyum, dimanapun dan kapanpun.

Kau tahu? Bagiku ini hal yang paling tidak penting. Menulis tentangnya. Sebenarnya, ini menjadi tantangan khusus bagiku.

Entahlah. Kemudian acara selesai begitu saja. Dan dia pulang terlebih dahulu. Dengan begitu saja.

Apakah kisahku juga berakhir disini? Dengan.. begitu saja?

Oke. Aku malas sekali menulisnya. Semalas aku berusaha melupakan senyumnya. #eaa
haha.

Mungkin, kau mulai bertanya-tanya mengapa begitu?
Aku mungkin harus menanyakannya ulang juga pada diriku.
Padahal, dia nggak ganteng-ganteng amat. Dia dari i'dad. Sempat merasakan kelamnya dunia remaja. Merokok, pacaran. Itu semua pernah dilakoninya. Aku paling suka kata-kata mas Alif soal dia itu, "Iya, dia keren. Pernah nanganin cewek dulunya." (?)
Tapi, aku nggak terlalu peduli sama masa lalu. Yang penting, yang kutahu dia berusaha banyak untuk berubah. Memang aku tidak pernah tahu bagaimana dia pada awalnya. Tapi, yang kulihat sekarang, dia adalah seseorang yang telah membangun pondasinya dengan kuat dan menjaganya agar tidak runtuh. Yang kulihat, dia telah menanamkan pasak iman ke dalam dirinya. Dan itu membuatku terkagum padanya.

Belakangan kudengar ia menjadi ketua bidang daruh. Belakangan juga kudengar dia akan masuk kelas PK. Belakangan juga kudengar rupanya ia juga mengikuti final pekan ilmiah 1 aliyah.

Dan.. itu semua kudengar belakangan.

Bukan karena kedudukannya, aku mengaguminya.
Bukan juga karena keluarganya.
Bukan karena wajahnya, bukan karena hartanya.

Entahlah.
Tapi aku jadi teringat teori mekanika kuantum. Magnet yang besar selalu menarik magnet yang lebih kecil. Dan itu bisa dikaitkan juga sebagai perumpamaan iman kita. Mungkin, karena magnetnya itukah?

Haha. Maaf bahasaku memang terlalu sok puitis dan menggunakan perumpamaan yang jauh dari aslinya. Well, mungkin cuma aku yang mengerti.

Udahan ah sok puitisnya.
Aku suka sama caranya ngajar, caranya ngejelasin materi, matanya yang lebar, senyumnya yang lepas, juga ketakwaannya yang sebenarnya terpancar. yap, semacam inner beauty gitulah.

Haha, aku jadi merasa bukan diriku!

Itulah. Seseorang yang sudah membuatku pusing dan bingung. Membuatku cemas tidak jelas. Dan membuatku jadi lebih aneh dari biasanya.

Harapanku cuma satu, semoga ia tetap istiqomah di jalan yang kini ia jalani.
Dan, harapanku dari awal mengenalnya juga satu. Semoga aku tidak menyumbang dosa padanya. Semoga aku tidak menjadi penyebab [mungkin] ketergelincirannya. Semoga aku tidak menjadi fitnah baginya. Semoga aku tidak terbayang di pikirannya. Semoga senyumku dilupakan olehnya...

...err?

Aku pengen teriak. Sumpah. Aku ngerasa sok berjiwa pujangga banget deh nulis ini.
Tapi, memang itulah masalah hati. Dan bersyukurlah yang bisa melewatinya dengan aman nyaman dan tanpa gangguan. Bersyukurlah yang dapat mengambil hikmah dari masalah hati satu ini.

Dan aku bersyukur, atas kekagumanku kepadanya bahkan bisa menambahkan rasa cintaku pada Allah dan Rasul-Nya. Amazing bukan?

Bahkan aku sendiri tidak menyangka akan mendapatkan hikmah yang sebegitu besar seperti ini.
Kuanggap hikmah ini bahkan lebih besar membahagiakanku dari pada bahagiaku mengingat senyumnya. #ceilah

Yes, akhirnya aku melewati juga fase teraneh dalam hidupku. Good bye labil :D
Sepertinya ini jadi postingan belum selesai-ku yang terpanjang.
Karena, sesungguhnya ceritanya bukan itu saja.
Mungkin aku harus menyimpan sebagiannya, untuk kenang-kenangan?
Dan kita juga belum tahu, apakah cerita ini hanya selesai sampai penandatangan sertifikat panitia?
Atau.. mungkin Allah berkehendak lain? *ngarepmode:on*

Tapi, bukankah dengan mengikhlaskan segalanya, hati menjadi ringan?
Dan menunggu ketentuan Allah,  bukankah itu sangat mendebarkan?

Percayalah, rencana Allah itu selalu yang terbaik. Apapun, atau mungkin siapapun, yang telah Allah siapkan pastilah menjadi yang terbaik bagimu. Yang paling sesuai untukmu.
Jadi, jangan khawatir. Percayalah pada Allah. Dan itu akan membuatmu bahagia.

Ya Allah, kabulkan doa-doaku tadi untuknya, ya?

My worry has gone, and now i can be happy ever after..
Jaa~ zahida :D

2 komentar:

  1. ehem,,ehem,, bu waket smpt sama pa ketu... ane juga salut zah ma koor+ketu ane #salutdoang... insyaallah orgnya juga bisa menjaga diri kok..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Elah ca.. ini curhatan doang.
      Dia mah keren bisa jaga diri. Tapi kadang aku tergoda juga ca..
      Mohon bimbingannya banget ya caa..
      Aku masih hijau banget buat hal ini.
      tapi insya Allah aku juga akan berusaha!
      Yosh!

      Hapus